Jumat, 21 Agustus 2009

Perkawinan menurut Hindu

Agama Hindu.

Hindu muncul ribuan tahun sebelum Masehi, berawal dari “Shindu” nama sungai di wilayah Pakistan yang waktu itu Pakistan masih berada dalam satu kekuasaan India, Hindu juga disebut Sanata Dharma berarti agama yang kekal atau Waldika Dharma yang berarti agama berdasarkan kitab-kitab Weda.

Rig Weda berisi pemujaan terhadap Dewa-Dewa juga berisi bunga rampai yang menekankan Irama Musik, sama dengan Weda. Yayur Weda berisi matera-mantera untuk upacara-upacara kecil sedangkan Atharwa Weda berisi mantera-mantera untuk kehi-dupan sehari-hari. Upanisad berisi dialog antara guru dan murid, Darsana berisi pemujaan dalam manifes tertentu, Itihasa dan Purana berisi epos kepahlawanan dan cerita-cerita kuno, Brahmana berisi pujian-pujian kepada Dewa-Dewa.

Intisari ajaran Hindu dibagi menjadi tiga, pertama percaya kepada Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan sebagai Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan Dewa Siwa sebagai pengrusak atau penghancur untuk dikembalikan ketempat semula; Kedua percaya kepada Jiwa dan Roh; Ketiga percaya kepada Karma, Samsara, dan Moksa.

Semua agama pada dasarnya penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, universal dan abadi. Dengan demikian ajaran agama akan menuntun umat manusia untuk mencapai kehidupan lebih baik atau sempurna lahir dan batin di dunia dan akherat.

Agama Hindu agama tertua di dunia ini yang masih hidup dan berkembang serta punya pengaruh amat luas pada seluruh kehidupan manusia dibelahan dunia ini. Hal ini disebabkan oleh ajaran-ajarannya masih tetap relevan pada setiap masa dan setiap jaman, demikian pula dalam abad modern ini.

Mengingat umurnya sudah lebih dari lima ribu tahun lalu, tentu dalam pengembangannya banyak mengalami proses pengadapsian yang dilakukan oleh para pemeluknya yang mempunyai latar belakang budaya berbeda, maka latar belakang kebudayaan umatnya juga ikut mewarnai perkembangan dan pengembangan Agama Hindu.

Agama Hindu baru dikenal sejak ada dan berkembangnya agama-agama lainnya di dunia. Dalam Kitab Weda baik Sruti maupun Smrti, agama itu disebut dengan nama Dharma atau Sanata Dharma saja, yang berarti “agama yang langgeng dan abadi”.

Dharma dalam Agama Hindu yang terdapat pada Atharwa Weda XI. I, Manusmrti dan Sarasamuscaya dinyatakan dengan kata-kata “Dharma dharavate prajah” dengan pengertian yang sangat luas, yaitu pada hakekatnya masyarakat itu didukung atau disangga oleh Dharma, sehingga manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat mempunyai kewajiban untuk melaksanakan Dharma.

Salah satu perkembangan yang terpenting dalam sejarah pertumbuhan Agama Hindu yang dapat ditemukan pada jaman kerajaan Majapahit di Indonesia, bahwa Agama Hindu pada waktu itu dinamakan Agama Siwa-Budha. Tetapi oleh karena kemudian terdapat kecenderungan untuk memisahkan Budha dari Hindu, maka praktek ajarannya saja yang masih sebagian dilaksanakan, sedangkan namanya tetap dipakai dengan istilah Hindu dan Budha berdiri sebagai agama tersendiri.

Menurut Agama Hindu, dalam kehidupan ini manusia mempunyai empat tujuan yang dinamakan “Catur Purusartha”. Catur artinya empat, Purusa artinya manusia dan Artha artinya tujuan, sehingga Catur Purusartha mempunyai arti empat tujuan hidup manusia.

Kitab Sarasamuscaya menerangkan bahwa kelahiran menjadi manusia itu merupakan suatu kesempatan yang terbaik untuk memperbaiki diri, oleh karena hanya manusialah yang dapat memperbaiki segala tingkah lakunya yang dipandang tidak baik agar menjadi baik, guna menolong dirinya dari penderitaan dalam usahanya untuk mencapai moksa.

Kitab Nitisastra, Bhagawan Sukra mengemukakan bahwa semua perbuatan manusia itu pada hakekatnya didasarkan pada usaha untuk mencapai empat hakekat hidup yang terpenting, Dharma, Artha, Kama dan Moksa.

Tidak ada satupun perbuatan manusia yang tidak didorong oleh keinginannya untuk mencapai keempat tujuan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa keempat hal inilah yang menjadi hakekat tujuan hidup manusia menurut ajaran Agama Hindu.

Dharma, Artha, Kama dan Moksa dikenal juga dengan “Catur Warga atau Catur Purusartha”.

Keempat aspek tujuan hidup manusia ini didalam ilmu politik disamakan dengan aspek-aspek keamanan, kesejahteraan, kebahagiaan lahir batin dan dharma mengandung pengertian aspek keadilan dan kepatutan.

Unsur keinginan yang berakar pada pikiran manu -sia, terdapat pula hakekat tujuan agama Hindu yang dirumuskan dalam “Moksartham Jagadhita ya ,ca iti Dharma” artinya bahwa Dharma bertujuan untuk mencapai moksa dan kesejahteraan dunia.

Moksa dalam filsafat Hindu “Tattwa Dharsana” merupakan tujuan hidup manusia tertinggi. Tujuan ini harus diusahakan oleh setiap umat Hindu untuk mencapai dengan cara mengamalkan agama sebaik-baiknya. Adapun Jagadhita atau kesejahteraan itu akan dicapai apabila ketiga kerangka Dharma, Artha dan Kama itu terealisir dan manusia benar-benar berusaha untuk mewujudkannya dengan jalan berpikir, bertutur kata dan beryadnya.

Keinginan manusia itu tidak ada batasnya dan pada umumnya cenderung selalu merasa kurang, oleh karena itu Agama Hindu memberi ukuran yang bersifat membatasinya dengan Catur Purusartha suatu usaha untuk mewujudkan kesejahteraan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah secara seimbang melalui pengamalan Dharma, disamping itu Agama Hindu juga sebagai sarana untuk menyucikan jasmani dan rohani.

Agama Hindu sebagai Dharma untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya. Hindu sebagai agama bukan hanya bersifat doktrinal dan dogma semata, akan tetapi juga memberikan jalan berdasarkan Wahyu Tuhan yang sifatnya ilmiah, karena itu Kitab Suci Agama Hindu disebut Weda, artinya ilmu pengetahuan tertinggi.

Perkawinan menurut Agama Hindu.

Kisah-kisah kepahlawanan dan perkawinan dalam Itihasa, Purana dan wivaha terbukukan dalam cerita Maha Bharata, Ramayana dan Arjuna Wivaha. Kisah-kisah Maha Bharata maupun Ramayana mengajarkan pola kehidupan dan philosofi dalam kehidupan yang harus dijalani dan ditaati oleh penganutnya jika ingin mencapai kesempurnaan hidup pada kehidupan berikutnya setelah mati.

Perkawinan dalam ajaran hindu, tersebut dalam kisah Maha Bharata, dikisahkan dalam perkawinan Pandawa Lima dengan Dewi Drupadi yang diperbolehkan seorang wanita mempunyai lima suami dalam kurun waktu yang sama dan masing-masing pria suaminya tetap dilayani dan dihormati tanpa diskriminasi antara satu pria suaminya dengan pria suaminya yang lain, demikian juga hubungan pria suami satunya dengan pria suami lainnya saling dihormati haknya, khususnya dalam hubungan suami istri.

Sedangkan dalam kisah Ramayana menggambarkan kesetiaan seorang wanita pada suaminya dikisahkan pada Dewi Shinta istri Rama Wijaya ketika Rama Wijaya menjalani masa pengasingan, Dewi Shinta diculik oleh Prabu Rahwana Raja Ngalengkadipura.

Meskipun dalam keadaan terancam dan terkungkung tetapi Dewi Shinta tetap pada pendiriannya, lebih baik mati dari pada kawin dengan Prabu Rahwana, dan tidak kalah setianya Rama Wijaya suami Dewi Shinta, mempertaruhkan segala-galanya untuk merebut dewi Shinta dari tangan Prabu Rahwana.

Kedua kisah tersebut masing-masing tidak mempermasalahkan agama yang dianut oleh masing-masing pelaku, baik oleh prianya maupun wanitanya.

Sejak dahulu sampai sekarang tidak ada larangan perkawinan antara pria penganut ajaran Hindu kawin dengan wanita non Hindu dan sebaliknya wanita penganut ajaran Hindu juga tidak dilarang kawin dengan pria non Hindu.

Disebutkan dalam Sloka 40-55 ; Seorang pria boleh memilih wanita untuk dijadikan istrinya diantara ketiga macam wanita ini: wanita berumur lanjut tetapi kaya, wanita yang tidak cantik tetapi pandai, wanita miskin tetapi amat cantik.

Didalam Kitab Nitisastra, disebutkan wanita yang jadi rebutan pria: Wanita yang mempunyai budi luhur, cantik rupanya, baik tingkah lakunya, keturunan keluarga baik-baik, lemah lembut pekertinya, halus perasaannya, dan sopan santun mewangi bagai mekarnya bunga Kusumawi.

Di dalam Sloka 40-55 maupun di dalam Kitab Nitisastra tidak dipersoalkan ikatan perkawinan dalam beda agama, baik pria Hindhu maupun wanitanya.